
5 Hal yang Perlu Diketahui Seputar Check Pushed Improvement
Ada banyak sekali hal-hal yang perlu diketahui dalam dunia pemrograman. Hal ini termasuk salah satunya adalah Check Pushed Deevelopment yang kerap disingkat sebagai TDD.
TDD ini sebetulnya merupakan bagian dalam pendekatan untuk mengembangkan suatu produk. Meski demikian, TDD ternyata memiliki kontroversinya tersendiri dalam bidang pemrograman. Namun, sebelum membahas lebih jauh, kamu perlu mengetahui dulu lima hal menarik berikut ini seputar TDD.
1. Mengenal definisi Check Pushed Improvement
Contents
Sebelum membahas lebih jauh mengenai Check Pushed Improvement, maka tak lengkap jika tidak membahas definisinya. Secara umumnya, TDD merupakan cara pemrograman yang cukup unik, sebab bertolak belakang dari metode improvement dan testing secara umum.
TDD dilakukan dengan menyusun unitnya terlebih dahulu untuk tujuan testing, barulah nanti diimplementasikan perubahannya. Bisa dikatakan bahwa TDD seolah menjadi kombinasi unik dari sistem pemrograman, pembuatan testing unit, serta refactoring.
2. Proses melakukan Check Pushed Improvement
Tentunya setiap sistem pemrograman memiliki prosesnya tersendiri. Sama halnya pada proses implementasi dari Check Pushed Improvement yang dilakukan.
Secara umum TDD memiliki lima tahapan dasar yang harus dilakukan, yaitu pembuatan tes, uji coba kegagalan, lalu menuliskan kode yang disesuaikan dengan hasil di tahap kedua. Kemudian memulai uji coba dan melakukan refactor pada kode yang sudah dipersiapkan, serta ulangi kembali. Memang sekilas proses yang ada pada TDD terbilang cukup unik dan panjang, ya?
Baca Juga: 5 Ideas untuk Mulai Belajar Pemrograman
3. Manfaat dari Check Pushed Improvement
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Melakukan Check Pushed Improvement tentunya memiliki banyak keuntungan tersendiri. Keuntungan tersebut dapat membantumu dalam melakukan proses pemrograman dengan baik.
Sebut saja sebagai fungsi dalam mengidentifikasi bug dengan cepat, membuat desain tampak lebih bagus, mencegah adanya kerusakan akibat refactor, memudahkan developer, hingga tidak sulit dalam mengambil alihnya. Tentunya hal ini menjadi nilai plus tersendiri dalam menjalankan sistem TDD.
4. Kerangka penting atau framework dalam melakukan Check Pushed Improvement
Biasanya ada yang disebut sebagai bahasa pemrograman dalam melakukan setiap metodenya. Dalam hal ini, framework atau kerangka penting sangat dibutuhkan, termasuk untuk TDD.
Tujuan kerangka atau framework tersebut tentu saja untuk mempermudah proses pengerjaannya. Untuk konteks TDD ada beberapa opsi framework yang bisa dipilih, seperti csUnit dan NUnit untuk tujuan testing menjadi NET. Ada pula Junit untuk testing JAVA, serta Rspec untuk Ruby. Kamu tentu dapat menentukannya sesuai kebutuhan.
5. Kesulitan melakukan Check Pushed Improvement
Tidak ada sistem yang benar-benar berjalan dengan sempurna, begitu pun dengan keberadaan Check Pushed Improvement. Tentu ada kekurangan tersendiri yang mungkin akan dihadapi oleh para programmer dalam menggunakan sistem ini.
Beberapa kekurangan yang harus dihadapi misalnya sulit menentukan unit check, sehingga tidak ada standar jelas untuk menentukan ketepatan dari unit check yang digunakan. Selain itu, abstraksi yang dibuat dari interface juga sulit dibuat oleh tim developer, serta kesulitan dalam segi pembangunan aplikasi, karena membutuhkan tim developer yang andal dan berpengalaman.
Memang keberadaan Check Pushed Improvement merupakan sistem yang terbilang cukup rumit. Namun, keberadaannya untuk sistem IT atau sistem pemrograman tetaplah penting. Pernahkah kamu menggunakan sistem Check Pushed Improvement?
Baca Juga: 5 Mitos Seputar Pekerjaan Programmer, Cek Dulu Faktanya!
IDN Instances Group adalah media yang menyediakan platform untuk menulis.
Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Supply By https://www.idntimes.com/tech/gadget/finley-shin/fakta-test-driven-development-c1c2